Ini ibumu yang masih berusia 19 tahun; dan belum bertemu dengan ayahmu
Pasti kamu tahu, mengapa pesan ini tidak dibuat dalam bentuk video.
Rasanya akan ada sebuah perjalanan yang panjang ya untuk bertemu denganmu. Ketika di semester tiga saja, ibu hampir menyerah. Menyerah dengan keadaan yang membuat ibu tidak bisa menjadi diri sendiri.
Pelan-pelan, ibu tidak ingin mengecewakan siapapun. Termasuk kamu, Nak. Ibu ingin, nantinya kamu bangga ketika ibu menceritakan banyak hal hebat yang terjadi sebelum kita bertemu.
Saat ibu memutuskan untuk hidup bersama dengan ayah, saat itu juga ibu harus sudah bisa menerima diri ibu sendiri. Menerima segala kekurangan, memaafkan beribu luka, mengikhlaskan keadaan apapun kedepannya.
Maka dari itu, ibu menginginkan yang terbaik untukmu.
Membawamu belajar ke pesantren adalah bentuk kasih sayang ibu dan ayah. Mengharapkan kamu akan memiliki bekal yang lebih dalam menghadapi kehidupan nantinya.
Karena bisa jadi, apa yang akan kamu hadapi berbeda dengan keadaan ibu dan ayah. Namun percayalah, Nak. Ilmu yang kamu dapat di pesantren tidak akan habis dimakan oleh waktu.
Nak, kehadiranmu adalah amanah besar bagi ibu dan ayah. Namun ibu sendiri tidak pernah merasa terbebani sedikitpun akan hal itu, apalagi ayahmu. Karena ibu dan ayah sangat yakin bahwa kehadiranmu juga sebuah hadiah yang diberikan oleh-Nya.
Nak, jangan pernah pendam perasaanmu sendirian ya. Kita harus saling berbagi. Rasa suka, duka, bahagia, ataupun luka. Menangislah bila rasa sedihmu meluap. Katakan saja kepada ibu bila ada hal yang membuatmu ingin marah. Ungkapkan semua emosimu, tidak apa-apa.
Mungkin nanti ibu akan menulis lagi tentang kita. Kamu bisa baca tulisan ibu yang lain, tulisan yang tidak seberapa keren itu.
Sampai jumpa di lain halaman
Ibu
