Lelaki yang Berhati Lembut

Dandelion
2 min readMar 26, 2024

--

“Bu, bapak kerja?”

tanyaku dalam room chat. Kala itu aku lupa bahwa hari yang sedang kulalui adalah hari minggu. Selepas kutanyakan, ibu mengirimiku foto bapak yang sedang menonton televisi. Tak pikir panjang, segera kutelpon nomor ibu.

Panggilan video menjadi pilihan komunikasi yang paling sering aku gunakan. Setelah dijawab, ibu segera mengarahkan kamera ke bapak. Ternyata foto yang ibu kirim tidak akurat. Aku melihat bapak sedang membantu ibu memasak dalam panggilan video

Bapak memotong-motong, mengupas, membersihkan, dan lain sebagainya. Melihat itu aku kagum dan bangga memiliki ia sebagai bapakku, lagi. Iya, entah sudah kali keberapa aku mengaguminya

Karena rasa kagum tersebut, secara tidak sadar aku memasang patokan ideal pasanganku dengan standart bapak.

Sederhana saja. Bapak selalu mensyukuri besar kecil apapun yang ia dapat, bahkan jika itu untuk keluarganya. Family man, menjadi julukan yang tepat untuk menggambarkan bapak. Bapak juga mengajarkan untuk tidak menyepelekan janji, kalau sudah berjanji tidak boleh diingkari.

Laki-laki dengan hati yang lembut adalah Bapak

tak perlu takut tentang apapun, kalau bapak ada di sisiku

“Bapak gak takut gitu ditinggal anak-anaknya? Sendirian di rumah, anak-anaknya ikut suami semua misalnya”

tanyaku. Mengingat bapak melepaskan anak-anaknya untuk pergi merantau sejak usia kanak-kanak. Mengajarkan cara untuk bertahan di tanah yang asing tanpa bapak dan ibu di sisi. Hanya ada doa dan rasa percaya yang terus menemani di perantauan.

“Ngapain takut, kan akhirnya semua bakalan jalan di jalurnya masing-masing”

kata bapak seraya tersenyum. Namun senyum itu membuat hatiku terasa semakin pilu. Seharusnya pertanyaan itu diajukan untuk diriku sendiri. Ketika kita telah menemukan jalur masing-masing apakah kita sudah siap untuk berpisah?

Iya atau tidak, semua akan tiba pada akhirnya

--

--

Dandelion

tokoh dalam cerita ini berperan sebagai seseorang yang berusaha menjadi lebih baik